Saturday, September 24, 2011

“RELIKUI KEHIDUPAN CINTA”


Namaku Fiona Elbert. Aku sekolah di SMP 5 di Jakarta kelas 7-4. Aku memiliki seorang sahabat namanya Tia Paulina, aku biasa memanggilnya Lina atau Tia. Kami juga sekelas bahkan sebangku. Suatu hari aku bermimpi kalau aku berpacaran dengan salah seorang teman sekelasku namanya Aditya. Menurutku dia tampan, dia juga berkulit putih, tapi sayangnya tinggi badannya masih dibawahku. Keesokan harinya setelah selesai semua pelajaran aku menceritakan mimpiku itu pada Tia.
      " Jadi gitu Na, apa pendapat kamu tentang mimpi aku tadi malem itu?" kataku setelah bercerita panjang lebar.
      " Hmm.. Aku belum bisa berpendapat sih Fi soalnya aku takut salah ngomong. Tapi apa sekarang ini kamu suka sama Adit, Fi?" kata Tia.
      " Enggak kok! Aku gak suka sama Adit. Lagipula kamu juga taukan kalau adit itu banyak yang suka. Yaa.. Diakan Bisa dibilang idola disekolah kita. Udah cakep, kulitnya putih, baik, jago main futsal, keren ditambah lagi senyumnya.. Manis!" kataku seolah mengagumi sosok Adit.
      " Hmm.. Kayaknya kamu harus siap-siap aja deh Fi! Soalnya menurut aku kamu itu suka sama Adit, tadi aja kamu muji Adit sampe kayak gitu padahalkan gak sampe segitunya juga kali Fi!"
      " Apa gitu Na? Jadi aku suka sama Adit? Ya ampun. Kalau gitu aku pikirin lagi deh kata-kata kamu itu. Oh iya besokkan kita libur yah Na? Karena tahun barukan? Aduh kita jadi gak bisa ketemu nih. Oh iya aku pulang dulu yah Na. Udah siang nih lagipula aku capek. Dah Tia" kataku sambil tersenyum dan melambaikan tangan.
                Setiba dirumah aku langsung tertidur. Namun malamnya aku sulit tidur, aneh rasanya acara tahun baru hanya aku lewatkan dirumah. Tiba-tiba "rrr..rrr.." handphoneku bergetar, saat kulihat ternyata ada pesan masuk yang isinya
     " Malem Fi.. Ini Adit. Bete nih gak ada sms terus ke handphoneku. Aku ganggu gak nih?" Ah Adit ternyata aku cukup bingung mau bales gimana sms itu tapi tetap aku balas.
     " Malem juga Dit, emangnya kenapa kamu bete? Gak main keluar  gitu Dit? "
     " Iya nih, aku agak gak enak badan. Biasalah cowok, tadi abis trek-trekan dulu tapi ujan jadi pada langsung bubar deh hahaha" balasnya. Entah kenapa hatiku ini rasanya senang sekali bisa smsan sama Adit lalu aku ingat kata-kata Tia tadi. Aku mulai berpikir mungkin Tia benar kalau aku memang menyukai Adit. Saat jam menunjukan pukul 00.31 mataku rasanya sudah sangat mengantuk hingga akhirnya aku tidak membalas lagi pesan dari Adit, sampai 3 kali dia mengirimku pesan yang sama dengan waktu yang tidak jauh berbeda. Lalu aku mengirimi dia pesan
     " Dit, sorry yah kemaren aku ketiduran makanya gak bales lagi sms kamu. Kalau kamu mau kita lanjutin aja smsannya sekarang. By the way kamu lagi apa Dit?" lama pesanku itu tak dibalas oleh Adit hampir setengah jam aku mengunggu balasan sms darinya dan akhirnya ada juga
     " Iya Fi, gak apa-apa. Aku lagi latihan futsal nih jadi baru bales sms kamu. Oh iya handphoneku lowbatt nanti aja yah diterusinnya okey?" balas Adit. Setelah aku tunggu-tunggu ternyata Adit gak ngesms aku lagi. Keesokan harinya aku mulai menceritakan semua isi smsku itu sama Tia
     " Na, kemaren aku smsan sama Adit Na. Sama Adit! Hahaha aku seneng banget Na. Seneng."
     " Haha aku tau kamu pasti emang suka sama Adit iya kan?" jawab Tia
     " Iya Na, aku suka sama Adit! Bukan suka Na! Aku cinta sama dia" jelasku sangat bersemangat. Saat pelajaran dimulai aku mulai melirik Adit yang terlihat serius mengerjakan latihan yang diberikan guruku. Tapi "Ya ampun!" kataku. Kami bertemu mata kaget rasanya. Belakangan ini saat aku melirik pada Adit kadang selalu saja bertemu mata. Entah kenapa ada yang beda dari Adit. Saat ini rasanya waktu sangat berjalan dengan cepat. Sekarang adalah hari terakhir ulangan umum. Ada gosip yang bilang kalau di kelas 8 nanti kelasnya akan diacak. Maksudku kami tidak akan bisa sekelas lagi. Sedih rasanya kalau aku dan Adit berbeda kelas maka akupun berdo'a agar kami bisa sekelas kembali dan syukurlah do'aku itu dikabulkan. Lega rasanya aku masih sekelas dengan Adit. 2 bulan berlalu sekarang adalah pelajaran olahraga. Kami melakukan olahraga basket bersama saat aku mencoba memasukan bola ke  ring ternyata bola itu hanya memantul ke Ring akhirnya aku harus mengejar bola dan rebutan bola dengan Adit tapi.. "Eh?" tak sengaja tanganku terpegang oleh Adit, kaget banget sampe akhirnya aku jadi bengong saat sadar bolaku sudah ada ditangan Adit. Aku menceritakan hal itu juga sama Tia. Beberapa bulan berlalu. Saat ini aku sudah memiliki seorang pacar. Dia kakak kelasku namanya Dion. Suatu hari saat aku sedang meminjam handphone Tia, sengaja aku membaca sms dari Adit yang ternyata isinya "Iya Tia, aku suka sama sama Fiona itu dan udah dari dulu. Tapi sayang dia sekarang udah punya pacar" kaget sekali rasanya.
     " NA? APA ISI SMS INI BENER NA? NA JAWAB AKU! " kataku sambil setengah berteriak.
     " Sms apa sih Fi maksud kamu? Aku gak.." kata-kata Tia terputus saat tahu aku membaca sms yang seharusnya tak boleh ku baca. Terlihat raut wajah Tia benar-benar kaget.
     " KAMU! Kenapa gak cerita sama aku? Tega yah Na! Tega kamu! Aku kecewa sama kamu!" Kataku sambil menahan tangis dan berlari. Saat tiba dirumah aku mulai menangis menyesal sekarang aku menerima Kak Dion padahal aku bisa berpacaran dengan Adit kalau aku tidak menerima Kak Dion. Sekitar beberapa hari aku tidak saling berbicara dengan Tia dan entah kenapa sekarang aku mulai dekat dengan Via teman sekelasku. Suatu hari Tia mengirimiku pesan
     " Okey Fi, aku tau aku salah. Tapi ini pesen dari Adit. Dia bilang jangan bilang sama kamu. Aku hanya menepati janji aku sama Adit. Okeylah kalau kamu marah sama aku. Tapi besok pokoknya kamu harus denger semua penjelasan aku dan aku bakal ceritain semua yang pernah diceritain sama Adit ke aku."
      " Okey Na! Harus semuanya! Aku tunggu!" balasku ketus. Keesokan harinya Tia memceritakan semua yang ia tahu padaku. Sambilmenahan tangis aku mendengarkan semua cerita Tia. Yang ternyata dari dulu Adit memang menyukai aku tapi ia tak pernah menyatakannya karena ia takut ditolak olehku. Bingung aku memikirkan semua masalah ini. Saat aku sangat merasa gelisah ternyata ada gosip yang bilang bahwa Adit sudah berpacaran dengan Sesilia dari kelas 8-3 sakit sekali rasanya hatiku ini. Besok adalah hari aku dan semua teman-teman dari kelas 8 akan berstudy tour. Saat siang aku sangat mempersiapkan segala sesuatunya untuk besok. Belakangan ini hubunganku dengan Kak Dion kurang baik. Kemarin aku mengirimi dia pesan yang isinya aku meminta putus darinya. Saat hari pertama study tour dia menjelaskan semua keadaan yang sedang ia hadapi dan dia juga masih belum ingin putus dariku katanya. Saat hari kedua aku bermain di taman main namun saat aku keluar dari taman bermain
     " Fi, sebaiknya kamu jangan melihat kebelakang yah" kata Via dan Tia
     " Emangnya napa sih?" kataku sinis. Saat aku menoleh kebelakang terlihat Sesil dan Adit sedang jalan berdua tidak jauh dibelakang kami. Hatiku sangat sakit saat melihat itu. Lebih sakit lagi saat melihat ternyata mereka berpegangan tangan. Sedih rasanya.
     " Tuh kan. Tadikan Via udah bilang kamu jangan lihat kebelakang Fi! Kamu pasti sedihkan? Udah ayo kita jalan lebih cepet lagi!" kata Tia yang mempercepat jalannya. Namun entah kenapa rasanya aku tak ingin berjalan cepat. Rasanya kakiku ini sangan lemas dan tak sanggup untuk berjalan, namun aku memaksa kakiku supaya terus berjalan meski lambat. Saat tiba di bis aku kembali melihat Adit dan Sesil namun agak berjauhan. Lalu rombongan study tour kamipun pulang semua anak tertidur pulas saat diperjalanan sampai kembali dan dibangunkan oleh guide
              Hanya 5 bulan lamanya hubungan Adit dan Sesil. Selalu mulai kuperhatikan sekarang Adit lebih sering melamun, meski hatiku sakit tapi tetap saja sedih rasanya Adit melihat murung seperti ini.  Tidak lama setelah Adit putus dengan Sesil akupun putus dengan Kak Dion. Suatu hari Adit mengirimi aku pesan.
      " Aku tahu kamu suka sama aku tapi kenapa kamu gak pernah nunjukin itu sih Fi?"
      " Apa maksud kamu sih Dit?" balasku
      " Aku tahu kamu suka sama aku tapi kenapa?"
      " Aku gak nunjukin ke kamu karena kamu gak pernah minta!"
      " Gimana aku mau minta kalau aku gak tahu kamu suka sama aku atau enggak"
      " Karena aku gak mau jadi boneka kamu! Yang bisa kamu mainin seenaknya! Kaya selama ini! Aku gak akan mungkin mudah percaya lagi sama kamu! Aku kira waktu malam tahun baru itu kamu mau mulai nunjukin ke aku kalau kamu suka sama aku! Tapi ternyata kamu malah jadiankan sama Sesil.. Hati aku sakit Dit!"
      " Maksudnya? Aku gak kaya yang kamu kira Fi.."
      " Terserah kamu! Aku gak peduli!"
      " Fi, kamu marah sama aku?" balas Adit, namun aku tidak membalas lagi pesannya itu karena aku takut hatiku jadi lebih sakit lagi. Beberapa bulan aku tidak saling bicara dengan Adit. Sekarang aku sudah kelas 9 SMP aku merasa aku sudah bisa melupakan Adit. Tapi teman-temanku sekarang malah selalu berusaha mendekatkan aku dengan Adit mereka tidak tahu bagaimana sakitnya hati aku karena Adit. Karena semua hal yang dilakukan oleh teman-temanku kini aku sudah mulai menyadari kalau aku memang masih menyukai Adit. Saat aku berusaha mendekati Adit lagi hatiku kembali disakiti olehnya dengan cara dia meneleponku dan berkata kalau dia sudah memiliki pacar baru, dan meminta padaku supaya jangan mengharapkan dia lagi. Hancur sekali hatiku hari itu aku menangis seharian penuh. Menyesal sekali rasanya dulu kenapa aku marah padanya. Jika aku tak marah padanya aku pasti akan mendapatkannya. Sekarang Adit terlihat sangat senang dengan pacar barunya. Aku merasa beruntung sekali karena wanita itu tidak bersekolah di SMP 5, kalau ia bersekolah yang sama denganku mungkin aku akan lebih hancur lagi.

Monday, September 19, 2011

“SAHABAT ATAU CINTA”


Banyak hal yang bisa dilalui dengan sahabat. Sahabat adalah segalanya bahkan lebih dari pacar sekalipun. Kata-kata itu adalah kata yang gue dan sahabat-sahabat gue pegang selama ini, bisa juga dibilang kaya slogan gitu. Kita berempat adalah sahabat dari kecil, bahkan rumah kita berdekatan ya maksud gue berjajaran. Urutan pertama itu rumah Rendi, urutan kudua rumah Sisil, terus ketiga rumah gue, dan yang terakhir rumah Febrian.
Menyenangkan sekali bukan punya sahabat yang sudah kita anggap kaya saudara sendiri? Yang lebih menyenangkan hari ini adalah hari pertama kita masuk SMA. Kita masuk salah satu sekolah favorit di Jakarta. Saat melihat papan pengumuman penempatan kelas gue ngobrol sama Sisil.
     " Sil, kayanya gue gak sekelas nih sama loe. Aduh padahal gue pengen banget lho sekelas sama loe" kataku.
     " Lho kenapa loe pengen sekelas sama gue? Gak bosen gitu? Kitakan udah sekelas dari semenjak Sekolah Dasar." Tanya sisil
     " Aduh sil, mana mungkin gue bosenlah. Eh yang nyebelinnya gue malah sekelas sama si Febri.Males banget kan? Dia itukan jail benget." jawabku.
     "Hus loe gas boleh gitu! Febri gitu gitu juga kan dia sahabat kita kali! Lagipula kayanya Febri suka deh sama loe!"
     " Hah? Apa? Jangan gila deh loe. Kan Febri sukanya sama elo. Lagipula gue lebih suka sama Rendi daripada sama si Febri. Nyebelin banget tuh dia" kataku ngeles.
     " Hem.. Gue ngerti. Loe masih belum liat signal-signalnya. Ya kan?"
     " Hah? Signal apa maksud loe? Ga ngerti gue"
     " Ah ya udah lupain aja kalo loe gak ngerti maksud gue. Udah yuk kita balik aja!" ajak Sisil.
Tanpa sepengatahuan gue dan Sisil pembicaraan itu ternyata didengarkan oleh Febri dan juga Rendi. Keduanya tiba-tiba jadi murung.
     " Febri, Rendi? Loe berdua kenapa sih? Gak seru banget. Dieem aja ga ngomong-ngomong. Biasanya kalian berduakan yang paling cerewet." kata Sisil
     " Iya nih loe berdua kenapa sih?" kataku ikut nimbrung
     " Gue gak apa apa kok Sil, Sya. Oh iya gue duluan yah."
     " Oh ya okey, gue juga duluan deh Sya. Bye."
     " Bye juga. Yuk Feb."
     " Oh iya! Eh Marsya, ntar jam 6 sore gue jemput loe yah."
     " Jemput gue? Mo ngapain emangnya?"
     " Engga kok, gue cuma mau ngajak loe jalan aja tapi cuma berdua aja yah.. Boleh kan?"
     " Ya okey. Gue  tunggu yah. Gue duluan"
     " okey "
Aneh banget Febri ngajak gue jalan berdua lagi? Baru kali ini. Sebenernya ada apa yah? Apa Febri mau ngomong sesuatu sama gue. Buat gue, Febri itu emang udah kaya kakak gue sendiri sama halnya kaya Rendi. Tapi gak tau kenapa sekarang ini kayanya Febri itu lebih spesial dari Rendi. Oh my god. Gue gak boleh kaya gini nih. "Gedebuk"
     " Aduuh sakiit.." kataku yang terpeleset. "Ya ampun! Gue mesti cepet mandi nih. Gue kan punya janji sama Febri."
Gak lama kemudian, "Tingtong, Tingtong"
     "Gawat itu pasti Febri! Gue kan baru mandi nih. Aduh.." kataku.
     " Marsya! Itu ada Febri! cepet turun sayang!" kata mama berteriak.
     " Iya ma, Marsya lagi mandi nih, tanggung suruh tunggu bentar gitu ma" jawabku sama berteriak.
     " Ya udah." kata mama. " Aduuh.. Nak Febri.. Marsyanya lagi mandi katanya. Tunggu sebentar yah. Kalau gitu sambil nunggu, nak Febri mau minum apa?"
     " Oh gak usah tante, gak apa-apa tapi kalau tante maksa.. Air putih aja cukup kok tante" jawab Febri
     " Ya sudah tunggu bentar yah.. Bi! Bibi! Ambil air putih buat nak Febri yaah bi! Cepet!"
     " Iya nyonya, Ini nyonya.." Jawab Bi Suti
     " Nah ini dia, ayo nak Febri silakan diminum dulu." kata mama
     " Feb, loe gimana sih? Loe bilangkan jam 6? Ini kan baru jam setengah 6, gimana sih loe?" kataku sambil menghampiri mama dan Febri.
     " Hehehe gak apa apa kan? Lagipula yaa.. Aku bosen dirumah, jadi mening aku langsung kesini aja iya kan? Hehe " jawab Febri malu.
     " Ya udah yuk kita berangkat, ma, kita berangkat yah.." kataku pamit.
     " Iya sayang, nak Febri, pulangnya jangan terlalu malam yah.."
     " Iya tante, aku berangkat yah tante. Permisi.."
Setelah itu gue ma Febri masuk mobil Febri. Saat itu Febri bukain pintu buat gue. " Makasih Feb." kataku. Febri hanya tersenyum. Buat gue Febri emang cakep banget. Badannya tinggi, kulitnya putih, udah gitu dia itu orang yang paling perhatian ma gue. Ops! Gue ngerti! Maksud Sisil signal itu tadi gue ngerti. Jadi, Febri emang suka sama gue. Senyum-senyum sendiri gue jadinya. Sedikit seneng sih emang. Tapi gak tau kenapa rasanya ada sesuatu yang beda dari Febri. Apa gue juga suka sama Febri yah? Oh my god.. Liat gue yang senyum-senyum sendiri Febri nanya ma gue.
      " Hoy! Loe kenapa sih? Senyum-senyum sendiri. Jadi takut gue. Loe seneng yah gue ajak loe jalan berdua gini?"
      " Ih! Loe pede banget sih Feb! Tapi iya juga sih.. Eh.. Maksud gue, sedikit. Ah engga! Aduh! Pokoknya gitu aja deh terserah loe aja!" jawabku canggung. Mendengar itu Febri Cuma senyum. Yaa.. Kaya biasa.. Dia pamer senyum manisnya itu. Tapi aneh juga kok gue jadi canggung gini yah.
      " Eh Feb kita mo kemana sih?" tanyaku merubah suasana
      " Kita nonton dulu aja yah? Ngomong-ngomong loe laper gak? Kalo loe laper kita makan dulu aja yah!"
      " Eh apa? Gak gue gak terlalu laper kok Feb". Tapi kemudiaan..
" Kriuuuukk.." Aduh malu banget gue. Harus ngomong apa nih? Yaa kaya tadi, Febri Cuma senyum aja.
      " Heem.. Waah.. Suara perut yang belum lapar tuh! Hahaha" ejek Febri
      " Aduh iya deh iya gue laper!  Malu dong kalo gue bilang laper!" jawabku marah.
      " Idih loe kok jadi sensi banget sih? Lagipula sejak kapan loe jadi pemalu kaya gini? Haha.. Ops! Sorry! Ya udah yuk kita makan dulu aja yah."
      " Elo juga sih! Udah jelas gue pasti laperkan? Orang gue kan belom sempet makan dulu tadi! Nyebelin banget sih lo! Gak sensitif tau!"
      " Hahahaha sorry sorry.. Iya deh lain kali gak akan kaya gini lagi. Oh iya by the way lo mau makan apa nih?"
      " Gue gak tau juga nih. Gimana kalau kita kerumah makan yang romantis aja Feb? Kaya orang-orang yang pacaran gitu?" ajakku.
      " Ok princess! Kita ke rumah makan yang paling romantis yaah.."
      " What? Princess? Maksud loe?"
      " Hahahaha! Loe ini ga bisa di ajak canda banget! Kaku loe!"
      " Aahhh.. Terserah loe aja !"
Aneh banget Febri yang kaya gini. Dia kaya bukan Febri yang selama ini jadi sahabat gue. Baru kali ini dia ngajak jalan berdua. Apalagi kita bakal ke rumah makan yang romantis aduh. Kaya pasangan yang lagi kencan aja. Oh! Apa maksud Febri emang ngajak gue kencan yah? Aduh.. " Deg. Deg. Deg" Suara jantung gue kedengeran ama dia gak yah? Gawat! Gue jadi salting and mati gaya banget nih deket Febri. Tiba-tiba " Cekrek brug!! Cekrek." Eh? Kaget gue.
    " Ayo Sya turun kita udah nyampe nih." ajak Febri
    " Oh iya Feb, yuk." jawabku lagi-lagi canggung karena tiba-tiba Febri pegang tangan aku. Bener-bener kaya orang pacaran nih kalau kaya gini.
    " Duduk disini yuk. Mbak! Mbak!" seru Febri
    " Iya mas? Mau pesan apa?" kata pelayan restoran itu
    " Gimana Sya? Loe mau makan apa?" tanya Febri
    " Ah terserah loe aja deh Feb" jawabku
    " Kalau gitu mbak aku pesen spagetti dua, terus jus alpuketnya satu, jus manggga 1, sama air putihnya 1 gelas aja, ditambah bananasplitnya 2 yah mbak." pesan Febri
    " Ah iya mas, ngomong-ngomong mas, kalian berdua pacaran yah? Kalian keliatan cocok banget lho." Kata pelayan itu sambil lalu.
    " Sya loe cantik banget malem ini!" kata Febri
    " Hahaha loe ngerayu nih? Tapi makasih lho." jawabku malu. Cukup lama kami nunggu makanan yang kami pesan datang. Lalu,
    " Ini pesanan anda, selamat menikamati."
    " Makasih.." Jawabku dan Febri  bersamaan. Sambil makan, Febri bilang sesuatu
    " Sya, gue mau ngomong sesuatu sama loe nih." kata Febri tiba-tiba.
    " Ngomong apa emangnya Feb?"
    " Gue.. Gue.. Gue mau ngomong kalo gue suka sama loe.Emh..  Sejak dari SD dulu. Itu sebabnya gue selalu jailin loe. Loe, mau ga jadi cewe pertama dan terakhir buat gue?"
    " Ohok! Ohok! Ohok! Aduh.." kataku kaget banget.
    " Lho? Elo gak apa apa? Ayo minum dulu ini air putih.." seru Febri khawatir. Gue cuma senyum liat Febri yang segitu khawatirnya.
    " Gue gak apa apa feb. Tapi Feb, kita kan sahabatan? Lagipula.. Bukannya cewe yang loe suka itu Sisil?"
    " Aduh.. Udah gue duga, loe pasti ngomong gini. Gue ga peduli Sya, Gue sayang sama loe, lagipula gue gak pernah suka sama Sisil, suka maksud gue suka  disini itu dalam makna sayang. Cewe yang gue sayang itu ya Cuma elo!"
    " Tapi Feb gue gak.."
    " Iyaa.. Gue ngerti.. Loe pasti mau nolak gue kan?" Tanya Febri memotong ucapanku.
    " Febrii.."
    " Loe  gak perlu khawatir.. Gue udah siap kok kalau loe mau nolak gue"
    " Febri! Loe harus denger gue dulu!"
    " Ya udah.. Abisin makanan loe aja"
    " Gue gak mungkin nolak loe Febrian Ardiansyah!!!"
    " Eh? Apa? Gue gak denger?"
    " GUE SUKA SAMA LOE FEBRIAN ARDIANSYAH!!! GUE SAYANG SAMA LOE!!!!" kataku berteriak.
Padahal secara gak sadar tempat gue berteriak itu adalah restoran romantis itu! Secara serentak orang-orang yang ada direstoran itu tersentak kaget malah sebagiannya ada yang gak sengaja menjatuhkan garpu atau sendok yang sedang dipegangnya setelah itu semua orang bertepuk tangan. Terus Febri cium tangan gue. Gue tau ini tandanya gue udah jadian sama Febri. Gue ngerasa sayang banget Febri. Keesokan harinya gue ceritain kejadian yang gue alami tadi malem ke Sisil.
     " Sil, gue pacaran sama Febri, baru tadi malem. Gue seneng banget hehehe" kataku dengan wajah berseri-seri.
     " Oh gitu yah.. Baguslah kalau gitu" jawab Sisil dengan nada datar. Gue rasa ada sesuatu yang Sisil sembunyiin dari gue, gue tau itu. Mungkin Sisil suka sama Febri. Tapi kasian Rendi, Rendikan suka sama Sisil gue tau itu. Karena Rendi pernah curhat sama gue. Gue bingung harus gimana nih gue? Pulang sekolah gue jalan ma ketiga sahabat gue. Maksudnya sama sahabat plus pacar gue juga. Gue jalan ke mal, seru-seruan. Gue juga nonton film Harry Potter And The Deathly Hallows part 1 di bioskop. Selama itu gue terus-terusan deket sama Febri jelaslah Febrikan cowo gue, tapi aneh rasanya Sisil keliatan gak senang bahkan keliatan murung banget. Terus gue minta sama Rendi supaya nanya kenapa Sisil bersikap aneh kaya gitu. Keesokan harinya..
     " Di! Gimana hasilnya? Dia cerita gak?" tanyaku.
     " Dia gak nyerita apapun Sya.. Dia bungkam.. Gue harus pake jurus maut gue supaya dia mau cerita nih.."
     " What? Jurus maut? Hahaha.. Loe bercanda?"
     " Gue gak bercanda tau! Udahlah gak usah loe pikirin.. Pokoknya yang loe tau gue besok laporan hasilnya okey?"
     " Yaa awas ya! Kita taruhan okey? Kalau besok loe berhasil gue traktir loe makan siang. Kalo loe gak berhasil loe yang traktir gue.. Gimana? Deal?" kataku
     " Okey.." jawab Rendi
     " Hey Ren, Sya..!! Kalian ngobrol gak ngajak-ngajak gue!" kata Febri.
     " Hello sayang.." kataku sambil senyum manis
     " Apa cintaku? By the way kalian lagi ngomongin apa sih?"
     " Ah enggak.. Kita gak lagi ngomongin apa-apa kok sayangku.. Iyakan Ren?"
     " Iya bener banget itu Feb.."
     " Ah gitu yah.. Ya udah deh kalo gitu" kata Febri menutup pembicaraan. Keesokan harinya ternyata Rendi berhasil nannya kenapa Sisil bertingkah gitu. Kata Rendi, Sisil iri ma gue, karena ternyata Sisil juga sayang ma Febri. Dia marah ma gue karena gue jadian sama Febri. Makanya sekarang dia berusaha jauhin gue, gue diskusiin masalah ini sama Febri dan Rendi.
     " Oh jadi kemaren itu kalian ngomongin ini? Gue  ngerti.. Jadi kita harus gimana dong?" kata Febri
     " Gue gak tau. Mungkin sebaiknya kita berembuk berempat, supaya lebih jelas masalahnya." Kata rendi.
     " Tapi Ren, gimana kalau Sisil ngajuin syarat, dan syaratnya itu gue harus putus sama Febri.. Gue gak mau Ren.. Gimana kalau kaya gitu? Gue harus jawab apa Ren?"
     " Gue.. Gatau, mungkin kalian harus bener putus.. Tapi kalau bisa gue pasti nyoba buat ngejelasin semuanya."
     " Gue gak mau, dan itu gak mungkin gue lakuin temen-temen.." kata Sisil.
     " Apa? Sisil? Sisil aku gak maksud buat.." kata gue
     " Gak apa-apa kok Sya.. Gue ngerti, Gue yang salah bersikap kaya gini. Maaf yah guys. Dan Sya, boleh sekarang kalau gue peluk Febri?"
     " Ah.. Itu.. Gak apa-apa.."
     " Makasih Sya.." kata Sisil dengan nada datar. "Hahahaha tapi gue gak sungguh-sungguh bakal lakuin itu kok.." lanjut Sisil
     " Hahaha Sil, loe gak lucu sumpah!" jawabku sedikit jengkel
     " Iya iya sorry Sya, jadi gimana? Kita masih sahabatan kan?"
     " Engga deh! Sorry sil.. Kita gak bisa sahabatan lagi.." Kata Febri
     " Feb.. Gue gak.."
     " Ketipu loe!!" kataku, Febri dan Rendi bersamaan. Senang rasannya kita masih bersahabat dan gue masih bisa pacaran ma Febri. Gue bener-bener berharap kalau gue bisa gini terus selamanya.

THE END